Disco Berjalan a la Kupang



0 c o m m e n t s
Hari terakhir di Kupang, hari dimana kami punya waktu buat cari oleh-oleh. Beruntung juga, kami dapat jadwal pesawat jam 2 siang. Jadi paginya masih ada waktu buat ngelayap hunting oleh-oleh. Dan, asyiknya pas saya usul buat naek bemo aja, yess, they're agreed with me. Berang-berang makan berkat, mari berangkaaaadd...

Di bawah terik matahari plus udaranya yg sangat panas itu, kami nungguin bemo. Sepuluh menit berlalu, tak satu pun bemo yg lewat. Ebuset, tumben beneeerr..ga mungkin kan di kota Kupang yg indah permai ada aksi mogok? Muka-muka kami sudah mulai menyesuaikan alam. Gosong. Sempat, kami punya niat buat ngojek motor aja. Lagi-lagi, ojek motor yg lewat depan kami cuma satu dua biji, sementara formasi kami masih lengkap (kak Bett, Nay, Ucay, Faly, Aan, dan saya), minus Ray. Jadi, totalnya kami berlima. Yak, berhitung mulai.. #salahfokus


Cihuy, satu bemo muncul. Kami berebut naek. Begitu duduk, saya langsung takjub dengan isinya. Full aksesoris, dari boneka-boneka mungil sampe tempat pegangan tangan (namanya apaan sih -__-) yg beraneka rupa dengan warna-warna mencolok. Belum lagi, musik yg diputar bener-bener kenceng. Alih-alih mencari jawaban dari rasa heran, saya tanya ke salah satu penumpang (bukan kami, tentunya). Rupanya, semakin kenceng musik yg diputar, semakin laku pula bemo itu. Barangkali itu pula, yg bikin bemo lebih mirip disco berjalan. Ga siang ga malam, musiknya tetep menggelegar. Hmm, mari kita dansa, kakaaa... *angkat jempol digoyang :)

empat jam di Semarang (1)



0 c o m m e n t s

had a thousand doors, that's the reason named "Lawang Sewu"
views from the second floor

as far as the eye could see: DOOR


looks so quiet and sounds so spooky -__-

me and the story will be told later  :)

#4: Nyangsang di Goa Monyet



0 c o m m e n t s
Sore di hari ketiga di Kupang, semua pekerjaan kantor udah kelar. Nothing artdoing. Saya menghubungi pak Dominicus, untuk minta salinan foto-foto narsis kami sewaktu mengurut senja di pantai Pasar Panjang. Apa nyana, beliau sedang sibuk. Namun bener-bener deh, kebaikan Bapak yang satu ini begitu tak terperi. Sebelum masing-masing sadar (bukan karena pingsan lho, ya), kami sudah dijemput mobil plus driver yg disiapkan spesial (tanpa rasa bawang) untuk mengantar kami keliling kota. Aduduu.. saya jadi ga enak nih, pak Domi #pencitraan, padahhaaall enak bangeeett... :p

Lima menit kemudian, kami berenam sudah berada dalam mobil yang membawa kami menyusuri pinggiran kota Kupang. Dari obrolan dengan driver, akhirnya saya tau kalo Bapak yg mengantar kami tersebut adalah adik kandungnya pak Daniel Sahuleka, yg notabene adalah mitra kerja kantor kami di Jakarta. Olalaa... dunia bener-bener selebar daun kelor ya? Etapi, ngomong-ngomong kita mau jalan ke mana nih? *tujuan utama tetep inget doong :)

Tanpa destinasi yang jelas, kami cuma putar-putar sembari menikmati langit Kupang yang mulai tampil genit #tsahh. Yang sebentar-sebentar semburat jingganya muncul dan tenggelam tertutup awan. Suka deh liatnya!!

Hahh, apaa? Gua monyet?? elu aja kaliii... :p
Akhirnya, kami sepakat menghabiskan senja di Pelabuhan Tenau. Saya yakin, dimanapun dan bagaimanapun bentuknya senja selalu tampil cantik. Dan, pasti semua setuju kaan.. dengan kata-kata saya barusan? Baiklah, kalo begitu kita melaju ke sana. Brangkaaaadd....

#4: A warm-hearted Linda



0 c o m m e n t s
Hello, here my new friend,
LINDA
She like teasing you, but spoiled too
Wonna meet her, even her families? Just visite them to Goa Monyet, Kupang
Trust me, they are so friendly and sociable
^^

Toretttttooorreeeettttorreeeeeettt.. *intro*

Momen ini dipersembahkan oleh SAYA dan LINDA
cheeeeessee :))

#4: selimut langit jingga



0 c o m m e n t s
Tsahh, ini kenapa judulnya jadi ngingetin saya sama novel-novel stensilan ya? (#abaikan, plis) padahal sebenarnya bukan itu lho, maksud saya. yakin deh sama saya. eh bukannya ada kan ya, pepatah 'apalah arti sebuah nama'? nahh, itu yg kejadian saat ini *melipir

Sebenarnya sih tadi itu mendadak bingung aja mau kasih judul apa buat mendeskripsikan langit Kupang yang memang selalu berwarna jingga tiap kali matahari mau terbenam (dalam catatan, kalo keadaannya lagi ga mendung ato hujan lho ya?) karena (kebetulan) pas saya ke sana, Kupang lagi musim kemarau dan memang menurut masyarakat setempat, Kupang jarang sekali hujan. mungkin dalam setahun, hujan cuma 2-3 bulan aja gitu, itupun jarang-jarang (ga tiap hari hujan). nah loh.. pantes aja kalo banyak taneman yg gersang plus udara yg panas yaa? *huft, ga bisa bayangin gimana cara kalo saya menetap di sana, hm pasti kulit saya langsung coklat eksotis gitu kali yaa.. *ngarep

Et voila, beberapa warna-warni langit Kupang yang berhasil saya bingkai. and yess, i am in love with those wonderful skies, sooo much love.. ^^

And, look at the bottom.. triiingg... ada SAYA yang sedang menikmati sunset, hhehe... *sending thanks for Faly yg udah berbaek hati motretin saya (hm, yey lagi ga ada maunya kan, faleyy? iya kan, bener kaann? jujur deh sama eike. ayoks, jujur..!!).

look at my pinky flio-flop, soo ngejreng, hehe...

admiring the sunset, subhanallah cantiknya...

Beta Su Pi Kupang, Kaka...



0 c o m m e n t s
Monumen Sasando
"Selamat datang di kota Kasih, Kaka.." sapa gadis-gadis cilik itu kepada kami. 

Ngga nyangka!! Saya bisa bertandang ke kota ini. Dalam benak saya, pastilah Kupang itu kota yang panas dengan pemukiman yang jarang penduduk. Eh benar juga, begitu kaki menyentuh bandara El Tari, kepala saya mendadak langsung gatal-gatal gegara kena sengatan matahari. Belum lagi, kaki saya yang hanya beralaskan sepatu terbuka― dalam hitungan menit langsung belang-belang. Oya, ralat. Bukan mataharinya yang panas, tapi udaranya. Yep, udara Kupang memang panas.

"Hm, barangkali itu pula kali ya, yang bikin penduduk sini kebanyakan jadi gelap-gelap kulitnya." *langsung ditoyor warga sekampung. Maaf, bukan maksudnya rasis yaa, tapi buat saya sendiri sih jelas ada kaitannya antara udara yang panas dan kulit yang gelap. Saya kan sering ngalamin, muka langsung gosong gara-gara panas-panasan tanpa sunscreen padahal cuma sekitar 15 menitan, dan nyatanya itu cukup sukses buat penggelapan kulit. Apalagi buat yang selamanya tinggal di kota ini? Ups, ini kenapa saya malah makin ngaco ceritanya. #salahfokus

Oke, jadi dalam perjalanan menuju hotel, tempat kami nginap, lagi-lagi saya dibuat heran (lagi). Ini kenapa dari tadi yang diliat kanan kiri cuma semak-semak pepohonan gersang doang, di mana pemukimannya? Sedari dulu bentuk-bentuk rumah penduduk menjadi salah satu daya tarik tersendiri buat saya tiap kali ada kesempatan bepergian ke daerah, jadi wajar dong kalau saya penasaran? Tidak begitu lama, rasa penasaran itu terjawab sudah. Satu per satu rumah penduduk mulai nampak. Hahh?! Lagi-lagi saya kaget dan.. heran begitu liat atap rumah-rumah tersebut: S-E-N-G. Bagaimana mungkin, mereka bisa tinggal di dalam rumah tersebut sementara udara di Kupang sendiri sangat panas. Sukses bikin saya geleng-geleng kepala. *tariiiik, mang..

Menikmati udara perkotaan yang mulai terasa panas, menunggu kejutan apalagi yang akan saya temui di jalan. Sepanjang perjalanan driver yang sudah terlihat sok akrab mulai cerita tentang kondisi geografis Kupang, terletak di atas hamparan batu karang yang tandus. Sebagian rumah menggunakan tembok kayu dan seng, dan hanya sebagian kecil yang sudah menggunakan tembok beton. 

Begitu masuk kota, kami disambut tugu kampus Universitas Nusa Cendana (Undana), yang konon kampus terbesar di kota ini. Sayangnya, mobil melaju terlalu kencang. Gagal deh niat saya buat memotretnya.

Nah, kalau ngobrolin tentang kuliner khas Kupang nih, ada baiknya kalau mencoba yang namanya Pisang Gepe, pisang bakar yang disiram air gula aren dan kacang tanah tumbuk. Konon, pisang ini banyak dijajakan di sepanjang pantai Lasiana dan dihargai 1000-2000 rupiah per biji. Berhubung saya nggak ada waktu buat bermain-main ke pantai Lasiana, jadi saya cukup mencicipinya yang bebetulan ada yang jual di deket-deket tempat kami nginap. Makanan ringan (err.. yakin nih cuma sebatas ringan?) ini merepresentasikan pencaharian keseharian masyarakat NTT sebagai penghasil pisang. Hm, sedaaapp..

late dinner at Restaurant Nelayan ;)

Kupang sukses bikin paras makin seksi nan eksotis *uhukk
Location: Hotel Kristal, KUPANG

Beta su pi Kupang, Kaka.... :))

Pulang



0 c o m m e n t s
Dan lalu...
Rasa itu tak mungkin lagi kini
Tersimpan di hati
Bawa aku pulang, rindu!
Bersamamu!

Dan lalu...
Air mata tak mungkin lagi kini
Bicara tentang rasa
Bawa aku pulang, rindu!
Segera!



newer post older post