FGIM: Apa yang Telah Kita Lakukan untuk Indonesia, Katanya



0 c o m m e n t s

....
Kita hidup di atas tanahnya,
Kita menikmati indah alamnya,
Kita tumbuh dengan sejarahnya,
Kita membanggakan pahlawannya,
Namun tanya hatimu,

APA YANG TELAH KITA LAKUKAN UNTUK INDONESIA?

Merinding!! Begitu kesan saya ketika pertama kali mendengar lagu tersebut dinyanyikan. Lagu berjudul "Untuk Indonesia" yang khusus diciptakan untuk perhelatan Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM) itu dinyanyikan langsung oleh AFTERFIVE. Seluruh sudut aula di Ecovention Hall pada tanggal 6 Oktober 2013 kemarin seketika hening yang kemudian berangsur riuh, membius ribuan relawan yang saat itu tengah kerja bakti demi membantu pendidikan di seluruh pelosok negeri. Pun, saya yang sebenarnya bertugas sebagai juru foto tak ayal terhanyut dalam suasana tesebut. Alih-alih membidikkan kamera, saya justru terdiam terpaku menikmati lirik-lirik baitnya. Awalnya, saya sempat kepikiran juga sih buat merekamnya. Dengan posisi saya yang duduk di barisan kedua, seharusnya saya melakukannya. Dan, memang saya merekamnya. Sayangnya, tangan saya nggak cukup kuasa menyangga badan kamera yang kurang ergonomis (menurut saya). Di sekeliling, sebagian relawan yang sudah hafal dengan liriknya ikutan koor nyanyi bareng. Sementara saya sibuk menyeka sudut-sudut mata yang mulai berair. Tuh, kan jadi ketauan deh kalau saya sempet mewek :(

Bukannya tanpa alasan. Saya baru sekali itu menyaksikan performnya AFTERFIVE. Mereka ini berjumlah 4 (empat) orang. Sekilas mirip boyband sih, tapi jangan bandingin sama boiben Indonesia lainnya kalau belum dengar lagunya langsung. Pliiiss... 

Ps:
Buat yang mau dengerin lagunya, bisa klik di sini. Sok yaa... 

Selamatkan Saya dari Tatapan Burung Hantu



0 c o m m e n t s
Memikirkan masa kecil, mendadak jadi teringat kalau dulu sekitar usia 4 tahun hingga akhirnya duduk di bangku 3 SD, saya sempat punya ketakutan luar biasa terhadap burung hantu. Terlebih kalau melihat lingkungan tempat saya tinggal, hm nggak terkira deh. Jadi, rumah saya ini di kampung dimana posisinya paling belakang di antara rumah lainnya. Rumah dikelilingi kebun kosong tepat di samping kiri dan belakang rumah, sedangkan areal persawahan membentang di sisi kanan. Jadi, bisa dikatakan rumah saya ini laiknya pulau kecil nan terpencil yang berada di tengah-tengah sawah. Beruntung masih ada 4 rumah lainnya di pulau ini jadi saya nggak merasa in the middle of nowhere banget. Tapi, tetap aja terbayang kalau suasana malam hari kayak apa. Hororr!! 

Barangkali karena banyaknya kebun kosong itu, jadilah ada beberapa pohon besar yang sepertinya dijadikan tempat berkumpulnya para burung hantu. Nah, biasanya burung hantu itu mulai berkeliaran selepas senja dan entah sejak kapan juga, mendadak tiap kali dengar suaranya, muncul deh semacam perasaan takut yang amat luar biasa. Yang pasti, dalam bayangan saya saat itu, burung hantu adalah sesosok makhluk jahat yang berperangai kejam, sadis, suka menyiksa anak kecil, dan wajib dihindari. Parahnya, bayangan tentang burung hantu terus menerus terbawa dan menghantui saya sampai akhirnya saya duduk di kelas 3 Sekolah Dasar. Ahaha, kok bisa ya?

Jadi, tiap kali dengar suara burung hantu, sekonyong-konyong pasti deh semacam ada 'deg' di jantung saya. Secepat kilat dengan kekuatan bulan, saya akan berlari mencari tempat bersembunyi. Situasi terparah kalau si burung hantu mulai mendekat dan siulannya mulai terdengar jelas "Huuuuuuu...kk...ukkk...!" Bisa dibayangkan bagaimana piasnya muka saya saat itu. Tidak peduli tatapan bingung ibu, nenek, sodara, atau siapa pun yang sedang berkunjung di rumah, pasti saya akan langsung menuju pintu, menguncinya rapat-rapat, menutup semua korden jendela, dan tergopoh-gopoh lari ke kamar. Sembunyi di balik selimut!! 

Sawahlunto: Trapped in the middle nite



0 c o m m e n t s

Menjelang pukul 10 malam, teman sekamar mendadak ngidam martabak. Aaakk.. Sialnya, saya yang nyaris tertidur digeret-geret suruh nemeni keluar. Rupanya, sore sebelumnya dia dapat info dari resepsionis tempat kami menginap kalau dekat-dekat penginapan menuju arah jembatan berderet warung-warung yang berjualan makanan. Martabak, salah satunya.

Saya sih sebenarnya nggak yakin kalau  masih ada mamang-mamang  ¾ups, kenapa saya harus menggunakan sebutan mamang di ranah Minang¾ yang masih jualan martabak di malam-malam sepi begini. Tapi, lagi-lagi saya nggak kuasa menolak. Atas nama pertemanan, akhirnya saya luluh dan mengikutinya jalan menuju jembatan.


Begitu keluar penginapan, kami mendadak semacam terhipnotis suasana malam Sawahlunto. Hening. Sunyi. Nggak ada satu pun kendaraan yang lalu lalang. Bahkan, ibarat semut pun kayaknya bakalan kedengaran kali kalau bersuara. Satu jam, dua jam kami masih berada di tempat tersebut. Menikmatinya. Dan, seketika martabak pun terlupakan.

Yuk, Gowes Yuk



2 c o m m e n t s

Sembari menunggu jam buka puasa, ketiga bocah ini menghabiskan waktu dengan bersepeda di pelataran Monas. Penuh canda, mereka terus kayuh sepeda perlahan. Sesekali terdengar tawanya yang pecah. Tak tampak beban sedikitpun karena harus menahan dahaga & lapar seharian. Good boys...!!!

***

PS:
Diajukan ke Turnamen Foto Perjalanan ― Ronde ke-24: SEPEDA 
hosted by Mindy Jordan. Silakan meluncurr !!

Ayo, ke Museum Bank Indonesia



0 c o m m e n t s





Museum Bank Indonesia terletak di kawasan wisata Kota Tua, Jakarta Pusat. Masuk ke sini, kita tidak akan dimintai tarif alias gratis. Asyik kan ya, kalau dengar yang beginian? Meski begitu, kita dilarang membawa barang bawaan kita dan harus menitipkannya pada petugas museum yang sudah menyambut kita di lobby. Beruntung, saya masih diperbolehkan menenteng kamera. Senangnya...


Ruangan yang pertama kali saya kunjungi adalah ruang teater layaknya bioskop, dimana kita akan disuguhi pemutaran video sejarah keuangan Indonesia. Menyusuri ruangan lebih dalam dan terus ke dalam sampai akhirnya saya menemukan halaman lain di tengah-tengah bangunan museum. Wih, nggak nyangka rupanya museum ini luas sekali. Dan, rumit! Bahkan, saking banyaknya ruangan saya (seperti biasanya) sempet err... nyasar di dalam salah satu ruangan tersebut. Hehe. Walau demikian, masing-masing spot ruangan di museum ini terawat dengan baik. Komposisi ruangannya pun tertata apik dengan penampilan yang nggak kalah kece. Jadi, mau nyasar pun tetep asyik. #yakali

newer post older post