Menjelang pukul 10 malam, teman sekamar mendadak ngidam martabak. Aaakk.. Sialnya, saya yang nyaris tertidur digeret-geret suruh nemeni keluar. Rupanya, sore sebelumnya dia dapat info dari resepsionis tempat kami menginap kalau dekat-dekat penginapan menuju arah jembatan berderet warung-warung yang berjualan makanan. Martabak, salah satunya.
Saya sih sebenarnya nggak yakin kalau masih ada mamang-mamang ¾ups, kenapa saya harus menggunakan sebutan mamang di ranah Minang¾ yang masih jualan martabak di malam-malam sepi begini. Tapi, lagi-lagi saya nggak kuasa menolak. Atas nama pertemanan, akhirnya saya luluh dan mengikutinya jalan menuju jembatan.
Begitu keluar penginapan, kami mendadak semacam terhipnotis suasana malam Sawahlunto. Hening. Sunyi. Nggak ada satu pun kendaraan yang lalu lalang. Bahkan, ibarat semut pun kayaknya bakalan kedengaran kali kalau bersuara. Satu jam, dua jam kami masih berada di tempat tersebut. Menikmatinya. Dan, seketika martabak pun terlupakan.
0 c o m m e n t s:
Post a Comment
leave your footprint here and it will be my pleasure :)