Memikirkan masa kecil, mendadak jadi teringat kalau dulu —sekitar usia 4 tahun hingga akhirnya duduk di bangku 3 SD, saya sempat punya ketakutan luar biasa terhadap burung hantu. Terlebih kalau melihat lingkungan tempat saya tinggal, hm nggak terkira deh. Jadi, rumah saya ini di kampung dimana posisinya paling belakang di antara rumah lainnya. Rumah dikelilingi kebun kosong tepat di samping kiri dan belakang rumah, sedangkan areal persawahan membentang di sisi kanan. Jadi, bisa dikatakan rumah saya ini laiknya pulau kecil nan terpencil yang berada di tengah-tengah sawah. Beruntung masih ada 4 rumah lainnya di pulau ini jadi saya nggak merasa in the middle of nowhere banget. Tapi, tetap aja terbayang kalau suasana malam hari kayak apa. Hororr!!
Barangkali karena banyaknya kebun kosong itu, jadilah ada beberapa pohon besar yang sepertinya dijadikan tempat berkumpulnya para burung hantu. Nah, biasanya burung hantu itu mulai berkeliaran selepas senja dan entah sejak kapan juga, mendadak tiap kali dengar suaranya, muncul deh semacam perasaan takut yang amat luar biasa. Yang pasti, dalam bayangan saya saat itu, burung hantu adalah sesosok makhluk jahat yang berperangai kejam, sadis, suka menyiksa anak kecil, dan wajib dihindari. Parahnya, bayangan tentang burung hantu terus menerus terbawa dan menghantui saya sampai akhirnya saya duduk di kelas 3 Sekolah Dasar. Ahaha, kok bisa ya?
Jadi, tiap kali dengar suara burung hantu, sekonyong-konyong pasti deh semacam ada 'deg' di jantung saya. Secepat kilat dengan kekuatan bulan, saya akan berlari mencari tempat bersembunyi. Situasi terparah kalau si burung hantu mulai mendekat dan siulannya mulai terdengar jelas "Huuuuuuu...kk...ukkk...!" Bisa dibayangkan bagaimana piasnya muka saya saat itu. Tidak peduli tatapan bingung ibu, nenek, sodara, atau siapa pun yang sedang berkunjung di rumah, pasti saya akan langsung menuju pintu, menguncinya rapat-rapat, menutup semua korden jendela, dan tergopoh-gopoh lari ke kamar. Sembunyi di balik selimut!!
Pernah kejadian ketika saya menginap di rumah nenek, dimana letak kamar mandinya di luar rumah. Nah, persis depan kamar mandi terdapat pohon sawo dan.. entah mimpi buruk apa, pagi-paginya saat saya pengin pipis, nenek ngasih tahu kalau semalaman ada burung hantu yang sepertinya lupa jalan pulang hingga akhirnya terpaksa nangkring di pohon sawo. Alhasil, saya ke kamar mandinya nunduk (pake banget) dan nggak berani tengak-tengok sekeliling. Dan sepanjang hari itu pula, saya terpaksa ngirit minum biar nggak sering-sering buang air ke kamar mandi. Mana mau??
Sempat juga saya terpaksa jaga di rumah sendirian, malam hari. Sementara ayah dan ibu saya sedang keluar. Saya lupa siapa yang memberikan ide bodoh itu. Katanya, saya diminta melakukannya saat burung hantu datang. Tidak begitu lama, lamat-lamat saya dengar suaranya dari kejauhan. Makin lama makin dekat. Saya periksa semua pintu dan jendela. Semua terkunci rapat. Dan, mengikuti ide bodoh tadi, mulailah saya menyalakan lilin. Lantas, saya memotong sehelai rambut saya dan... membakarnya!! Wehh... ide konyol banget kan ya, kalau diingat-ingat? Tapii.. demi menghindari burung hantu, mau-maunya saya melakukan itu. Tapi benar juga, semenit kemudian suara burung hantu mulai menghilang. Hehe.. berhasil!!!
Kejadian menghindar dari burung hantu terus berlanjut. Iiiissh, dengar suaranya saja sudah bikin jantung saya 'makdeg' boro-boro berani lihat wujudnya seperti apa. Amit-amiiiitt... batin saya saat itu. Syukurlah, semenjak duduk di kelas 3 SD saya berani juga untuk tidak sembunyi di balik selimut. Malu sama teman-teman, hehe. Tapi, untuk lihat bentuknya? Jangan dulu, deh. Bahkan, hingga akhirnya saya lulus SMA pun, saya belum berani lihat wujud asli burung hantu. Bahkan, misalnya main ke kebun binatang pun, pasti deh saya bakalan menghindari kandang si burung 'huuukk..ukk' itu. Hm, fobia kadang memang susah dilawan ya?
Daaan... kalau sekarang akhirnya saya berani majang gambar burung hantu (meski itu cuma gambar cangkir dan kopi aja sih) itu karena film series-nya Harry Potter. Whatt?? Jadi, semenjak saya nonton Harry Potter seri pertama itulah, pada akhirnya saya berani lihat wujud asli si burung hantu. Reaksi pertama saya begitu lihat si hedwig saat itu, "Hahh, kok lucu?! Bulunya bisa seputih kayak kapas gitu?" dan semenjak itulah saya berani lihat wujudnya si burung hantu. Special thanks to J.K. Rowling. Berkat Harry Potter the series, akhirnya saya berani menatap burung hantu.
PS.
si cangkir & kopi 'burung hantu' diambil dari sini
0 c o m m e n t s:
Post a Comment
leave your footprint here and it will be my pleasure :)