"Morniiiing, SAWARNA..."
Pagi-pagi sekitar pukul setengah enam, 31 Desember 2011 ―itupun mundur dari jadwal itinerary gegara mobil yang kami tumpangi ketemuan dulu sama pohon tumbang di jalanan― kami tiba di desa Sawarna dengan tampilan lusuh, mata jeruk, muka bantal ileran, plus belum mandi. Perfect morning!!
Dan, baru juga kaki menginjak tanah setelah semalaman terkungkung di mobil elf dengan kondisi AC nya yang bocor ―dan sukses bikin kami kegerahan sepanjang perjalanan dari Jakarta–Banten–Malimping–Bayah– Sawarna― bukannya kalung bunga yang didapat, kami justru langsung disambut dengan ehm... jembatan kayu gantung yang lebarnya cuma 1 (satu) meter! Cakeeb, alhasil dengan mata terkantuk-kantuk saya mencoba melewati jembatan kayu itu dengan kaki meraba-raba papan kayu dan kedua tangan yang pegangan super kenceng di kedua sisi tali tambangnya karena landasan jembatannya yang berayun-ayun. Dan perjuangan yang susah payah dan sekuat tenaga itu pun menorehkan hasil yang gemintang. Saya berhasil melewatinya, yeiyy... *loncat-loncat kece½*buruan jalan, woii, antrian masih panjang tuh di belakang -__-