Showing posts with label Jawa Barat. Show all posts
Showing posts with label Jawa Barat. Show all posts

Random Snapshoot



0 c o m m e n t s

Beberapa kali terlibat acara yang diadakan di tempat ini, tapi tak sekalipun punya fotonya. Akhirnya, kemarin saya berhasil meminta paksa salah seorang teman kantor buat ngambil gambar saya. Boleh ya, melampiaskan hasrat narsis barang sebentar. Dan, ya ampuuun... begitu liat hasil jepretannya, ternyata oh my semua-muanya saya tampak lebar sekali. Pfftt, rupanya lemak-lemak ini masih saja betah bersarang yaa -__-). Pasti ini efek habis sarapan pagi nih: dua tangkup roti gandum isi keju, omelet, plus segelas susu. Hm, pasti deh gegara ini *pembelaan diri

Location :
Citra Cikopo Hotel, Jawa Barat

2012th New Year's Kiss Bye from Sawarna (2)



0 c o m m e n t s


1 Januari 2012
Perjuangan hebat untuk sekedar bisa mengunjungi tempat ini, Pantai Laguna PariKami harus tracking dulu menyusuri perkebunan dengan kondisi jalan yang curam dan licin, pantai yang ratusan meter jauhnya, dan karang-karang yang cukup terjal. Dua kilometer kami lalui dengan membiarkan terpaksa kulit terpanggang matahari yang (masih) terik. Dan, yah nggak ada perjuangan yang sia-sia kan ya? Kami tiba di laguna dengan selamat, hehe.. Parahnya, kami langsung pesan kelapa muda segar di warung (satu-satunya) persis tepi pantai, dan masing-masing pesan sebutir besar :D *slurp*

Oya, karena kondisi air lautnya yang tenang, pantai Laguna Pari dijadikan tempat bagi nelayan Dusun Gempol bagian dari Desa Sawarna untuk melabuhkan perahu. Makanya karena kecapekan tracking pas mau balik lagi ke homestay yang berjarak 2 km, kami sepakat untuk menyewa perahu. Cihuy, melaut lagi. Tambah senangnya lagi karena kami melewati Pantai Tanjung Layar lagi, yeiyy. Sayangnya, begitu perahu menepi di Pantai Ciantir, saya turun paling terakhir, dan... yang terjadi kemudian adalah saya terjatuh keterjang ombak. Hiks.. lupa kalau ombak pantai Ciantir itu sadis. Siang hari pula.


Beberapa jam sebelumnya. Setengah perjalanan menuju Laguna Pari dengan panas terik yang menyengat kami lalui dengan menyusuri Pantai Karang Tareje, pantai berkarang yang membentang sepanjang Laguna Pari hingga Pantai Sepang. Di pantai ini terdapat banyak cekungan karang yang membentuk kolam di celah-celahnya. Selain berisi air, cekungan-cekungan tersebut juga dipenuhi ikan-ikan kecil. Lucuuu... ^^

Oya, kenapa dinamakan Karang Tareje karena saat menyusuri pantai tersebut, pada titik tertentu kita harus menaiki 'tareje' dalam bahasa Sunda artinya tangga― yang terbuat dari kayu agar kita bisa menaiki karang tersebut dan melanjutkan eksplorasi menuju pantai berikutnya. Selain itu, bentangan karang yang menyerupai trap atau undak-undakan juga menjadi alasan penamaan pantai ini.

While, Lagoon Pari, it's such a hidden paradise. Tidak seperti Pantai Ciantir dimana gelombangnya cukup tinggi dan (katanya) ganas, di Laguna Pari airnya sangat tenang sehingga kita bisa bebas berenang di laut lepas. Saya sih cukup jadi penontonnya aja sambil duduk-duduk di cakruk, tempat duduk dari bambu yang (biasanya) diapit diantara 2 (dua) pohon.

Yang sedikit saya sesalkan selama di laguna ini adalah kami gagal menangkap sunrise. Lokasi pantai yang berada di sisi timur menjadikan kawasan ini sangat ideal untuk melihat matahari terbit. Nah, malam sebelumnya, kami beberapa orang di homestay sudah berencana untuk berangkat sebelum subuh biar kami bisa menikmati sunrise di Laguna Pari. Toh rencana tinggal rencana. Nyatanya kami baru berangkat jam 8 pagi, hhaha.. gimana bisa catching the sunrise kalau giniiih? Yang ada mah matahari sudah berada tepat di tengah ubun-ubun kepala. Panasnya bener-bener nggak nyante. Tapi yang jelas, kami kehilangan semburat jingga keemasan untuk kedua kalinya. Kecewa.

Terlebih pas kami balik ke Jakarta sore harinya. Mobil elf dari travel agen yang kami tumpangi macet dan bahkan nggak cukup kuat buat nanjak. Alhasil kami diminta turun dari mobil dan terpaksa harus jalan kaki menaiki tanjakan sejauh 200 meter. Mana saya kepisah lagi sama Dul A dan Dul H. Belum lagi kalo keinget AC yang bocor. Arghh, kecewa kuadrat. Note to self aja sih, itu travel agen nggak recomended banget. Bangettt!!

2012th New Year's Kiss Bye from Sawarna (1)



0 c o m m e n t s
"Morniiiing, SAWARNA..."
Pagi-pagi sekitar pukul setengah enam, 31 Desember 2011 itupun mundur dari jadwal itinerary gegara mobil yang kami tumpangi ketemuan dulu sama pohon tumbang di jalanan― kami tiba di desa Sawarna dengan tampilan lusuh, mata jeruk, muka bantal ileran, plus belum mandi. Perfect morning!!

Dan, baru juga kaki menginjak tanah setelah semalaman terkungkung di mobil elf dengan kondisi AC nya yang bocor dan sukses bikin kami kegerahan sepanjang perjalanan dari JakartaBantenMalimpingBayah– Sawarna bukannya kalung bunga yang didapat, kami justru langsung disambut dengan ehm... jembatan kayu gantung yang lebarnya cuma 1 (satu) meter! Cakeeb, alhasil dengan mata terkantuk-kantuk saya mencoba melewati jembatan kayu itu dengan kaki meraba-raba papan kayu dan kedua tangan yang pegangan super kenceng di kedua sisi tali tambangnya karena landasan jembatannya yang berayun-ayun. Dan perjuangan yang susah payah dan sekuat tenaga itu pun menorehkan hasil yang gemintang. Saya berhasil melewatinya, yeiyy... *loncat-loncat kece½*buruan jalan, woii, antrian masih panjang tuh di belakang -__-

Nikmatnya semilir angin Batu Hiu




Batu Hiu, Ciamis - Jawa Barat
Sepulang dari Batu Karas, kami melanjutkan perjalanan tanpa destinasi. Fyuh, kemana lagi ya? Entah darimana awalnya, dengan mengandalkan ketajaman indra menguping kami dari wisatawan sebelah tercetuslah ide untuk mengunjungi pantai Batu Hiu. Selain di antara kami bertiga belum ada yang pernah mengunjungi pantai tersebut, lokasinya juga searah dengan kami. Setali tiga uang, akhirnya nyampai juga di pantai yang bagi kami masih antah berantah itu.

Terletak di desa Ciliang kecamatan Parigi, kurang lebih 14 km dari Pangandaran ke arah selatan. Kami disambut sebuah gua berbentuk kepala Hiu besar lengkap dengan gigi-giginya yang runcing dan tajam. Itulah pintu masuk utama pantai Batu Hiu. Begitu langkah kaki kami menapaki ujungnya satunya, sebuah pantai berpasir hitam yang menghadap ke samudera Hindia terhampar di depan mata. Cihuy, saatnya main-main air laut lagi. Nyatanya, kali ini kami harus ekstra hati-hati. Kenapa? Karena banyak sekali ubur-ubur yang berserakan di pasir. Ugh, sial.


Rupanya di sisi pantai Batu Hiu ini juga terdapat semacam tebing karang menjulang berdampingan. Kami mencoba melewati tengahnya. Kecewa, makin ke sana karangnya makin curam dan sempit. Tertatih-tatih kami balik arah. Akhirnya, kami mencoba naik ke satu-satunya bukit di situ. Aih, panorama di sini cantik sekali karena dihiasi tumbuhan Pandan Wong, yang semula saya kira adalah pandan wangi. Mau duduk-duduk sembari baca buku favorit atau sekedar menikmati belaian angin menerpa muka kita, silakan datang ke sini. Selain itu, kita juga bisa menatap lepas ke arah pantai menyaksikan keindahan birunya air laut meliuk-liuk diantara gulungan ombak yang besar, ciri khas pantai-pantai selatan. Nah, karena adanya ombak yang besar inilah kenapa saya sama sekali tak menemui satu orang pun yang berenang di kawasan ini. Forbidden!!

Oya, menurut cerita penduduk setempat, dulunya di ujung bibir pantai yang mengarah ke laut terdapat karang yang sangat mirip dengan ikan hiu. Sayangnya, gara-gara terkikis ombak pantai yang ganas lama-kelamaan wujudnya tidak menyerupai ikan hiu lagi. 

show off dengan baju barunya masing-masing :)

INFORMASI BIAYA:
Berikut harga tiket yang diterapkan di objek wisata Batu Hiu per November 2010
  • Pejalan kaki Rp. 2.500,- 
  • Sepeda motor Rp. 5.900,-
  • Kendaraan jenis jeep/sedan Rp. 14.200,-
  • Kendaraan jenis carry Rp. 27.200,-
  • Kendaraan penumpang besar Rp. 40.200,-
  • Bus kecil Rp. 52.700,-
  • Bus sedang Rp. 79.500,-
  • Bus besar Rp. 130.500,-

Batu Karas: Konon, Surga bagi Peselancar



0 c o m m e n t s

Gegara gagal berputar-putar mengelilingi Green Canyon yang rupanya hari dimana kami datang ke sana justru ditutup akibat hujan lebat pada malam sebelumnya, kami pun lanjut ngetrip ke pantai Batu Karas, pantai yang belum sekalipun kami dengar namanya. Akhirnya, dengan mengandalkan google maps yang sinyalnya hidup enggan mati pun tak mau, sampailah kami di pantai tersebut.

Terletak kurang lebih 40 km dari Pangandaran atau membutuhkan sekitar 1 jam perjalanan dari Pangandaran, pantai Batu Karas boleh dikata salah satu surga bagi peselancar. Benar juga sih, begitu kami sampai di sana, Batu Karas nyatanya lebih dari sekedar perpaduan pantai yang cantik dan harmonis yang tidak hanya menawarkan air yang yang tenang tetapi juga gelombang yang menantang, sehingga cocok buat berenang atau berselancar. Pantai ini juga punya semacam teluk kecil yang landai sehingga memudahkan peselancar nggak perlu capek-capek lagi mendayung papan selancarnya menuju titik awal gelombang.



Oya, di sini bukan hanya berselancar aja yang bisa dinikmati. Buat saya yang nggak bisa selancaran, boro-boro main selancar, renang aja nggak bisa masih bisa menikmati atraksi lain. Mau pilih mana, ada permainan jet ski, banana boat, atau naik kuda sepanjang pantai. Kalo nggak minat? Tabok, hehe. Silakan leyeh-leyeh di warung-warung tenda pinggir pantai, seperti yang dilakukan oleh teman saya saat kami (saya dan satu teman saya yang lain) sedang asyik bermain air.

Apa rasanya kalau Green Canyon ditutup?



0 c o m m e n t s
Setelah perjuangan mendapatkan penginapan di kawasan pantai Pangandaran dan akhirnya kami bisa tidur lelap, sesuai dengan planing awal kami akan melanjutkan trip ke Green Canyon. We're soooo excited lah ya, secara kami bertiga belum pernah ke tempat tersebut sebelumnya. Keriaan memecah. Sepanjang jalan, Benkur terus-terusan senandungin lagu-lagunya Bob Marley. Fany sibuk dengan kamera poketnya, sementara saya asyik merhatiin orang-orang yang lagi khusyuk main layang-layang di sepanjang pinggir pantai. 


Begitu nyampe Green Canyon, kami langsung dibuat hopeless. Gimana nggak, begitu mau beli tiket di loketnya udah terpampang tulisan yang pake kapital dan di-bold: TUTUP. Begitu menengok ke arah sungai besar yang nantinya akan kami lewati menuju kawasan Green Canyon, baru deh ketauan alasannya. Beberapa perahu dibiarkan terombang-ambing dalam tambatan tanpa terlihat ada pemiliknya. Air sungai yang biasanya berwarna ijo bening nan jernih, pada saat kami datang justru berwarna coklat dan nyaris meluap. Speechless.. 


Pangandaran: Lost Trip



0 c o m m e n t s
nekat berangkat tanpa destinasi

Sepertinya satu keniscayaan ya, bisa menghabiskan libur 3 (tiga) hari tanpa aktivitas keluar rumah. Belum lagi harus mengatasi perasaan gelisah, susah tidur, dan jantung yang berdebar-debar parah begitu ketemu kalender yang di-bold warna merah. Iiish, tanda-tanda mulai terjangkit trip addicted. Nah, daripada penyakit makin kumat nggak ada juntrungannya finally saya yang (memang sudah lama) punya planing untuk ngetrip ke Green Canyon, Jawa Barat terpenuhi juga ketika libur perayaan Waisak. Horrey, dan nyatanya saya nggak sendiri. Ada 2 (dua) temen kantor yang menemani, Bengkur dan Paneh. Sebelumnya, si Bengkur ini juga pernah ikutan pas saya lagi ngetrip ke pulau Tidung.
"Ah, dari pertama kenal lu maunya juga ngikut mulu, Benk.
Cuma ke toilet doang yang nolak..."  LOL


Jadi, kami sepakat berangkat siang hari selepas dzuhur dari Bekasi. Kemudian, entah kenapa sepertinya istilah 'nyasar' selalu erat melekat dalam daftar kamus perjalanan saya. Coba aja, masa begitu keluar dari tol Cipularang kami udah nyasar. Salah ambil jalur. Yeiks, beruntunglah kami segera sadar kalo mobil kami salah arah, jadi bisa secepat itu pula kembali ke jalan yang benar.
older post