Showing posts with label Dieng. Show all posts
Showing posts with label Dieng. Show all posts

Dreadlock hairdo kiddo from Dieng Plateau



0 c o m m e n t s

Namanya, Reni. Rambutnya gimbal, khas anak Dieng.

Secara tak sengaja kami menjumpainya dalam perjalanan menuju penginapan sepulang dari pagelaran Dieng Culture Festival yang diselenggarakan di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah pada 1 Juli 2012 kemarin. Sementara teman-teman seperjalanan (baca: teman backpackeran) sibuk merayunya buat diajak foto bareng, saya justru lebih tertarik untuk mengambil gambarnya saat sedang sendiri. Dan olala, saat lihat hasilnya saya pun langsung suka. Totally love her expression!!

Oya, saya tahu namanya Reni pun setelah mendengar beberapa temen saya yang berkali-kali mengajaknya ngobrol dan mulai tanya-tanya namanya.

"Namanya sapa, Dek? Foto bareng kakak yuks."

Kira-kira seperti itulah kata temen-temen saya bergantian. Sekilas saya perhatikan gadis kecil itu hanya mengangguk-angguk, tapi tatapan mata teduhnya memperlihatkan kalau sebenarnya dia ingin sekali bisa ngobrol dengan kami. Akhirnya...

Mie Ongklok, kuliner yang bikin lidah lumer



2 c o m m e n t s
Berkunjung ke suatu daerah nggak akan afdol kalo nggak sempet nyicipin sajian kuliner khas daerahnya. Begitu juga pas saya backpacker-an bareng temen-temen SJB ke Dieng Plateau (perbatasan kab. Wonosobo dan kab. Banjarnegara) pada bulan kemarin. Nah, berhubung arah pulangnya melewati kab. Wonosobo (kami naik bus), jadi kami menyempatkan untuk mencicipi masakan kuliner yang konon menjadi raja kuliner di daerah ini, Mie Ongklok.

mie ongklok khas Wonosobo
sate sapi, teman makan mie ongklok

Dalam bahasa Jawa, kata "ongklok" berarti kocok. Kenapa harus kata itu. Why? Saya sendiri juga ga ngerti. Makanya, pas nyampe warung, saya sempet perhatiin. Rasa penasaran terjawab juga deh akhirnya. Rupanya, masakan unik ini merupakan kombinasi dari mie, sayur kubis, dan daun kucai -tanpa ada sayur sawi seperti kebanyakan mie-mie lainnya. Cara merebusnya itu antara mie, sayur kubis, dan daun kucai disatukan dalam satu wadah semacam saringan bambu, dan tadaaa... adonan tersebut kemudian diongklok-ongklok alias dikocok sampai berulang-ulang sembari dicelupkan ke dalam air mendidih. Lah, kalau begitu sekilas jadi mirip cara bikin mie ayam dong yaa?

Jalatunda, antara Sumur Tua Raksasa dan Mitos Lempar Batu



0 c o m m e n t s

Curam dan tak terlihat sama sekali bentuk sumurnya. Meski menggunakan istilah 'sumur' Jalatunda tidaklah seperti penampakan sumur pada umumnya. Permukaan air hingga bibir sumur berjarak sekitar 100 meter dengan tingkat kemiringan 90 derajat. Hm, kalau masih merasa cukup curam silahkan melongok ke dalam sumur. Saya sih ogah, hehe.. merinding!!

Jadi, dengan tampilan tersebut, Jalatunda lebih mirip kolam besar atau rawa-rawa penuh genangan air yang berwarna hijau pekat. Tanpa melongok pun, akan tampak kalau diameter sekeliling sumurnya penuh ditumbuhi lumut bercampur tanaman perdu super rimbun. Untuk mencapai tempat ini, kita harus meniti sekitar 250 anak tangga (undak-undakan) terlebih dulu. Begitu tiba di anak tangga terakhir, terdapat sebuah bangunan terbuka mirip pendopo berukuran 2mx4m yang bisa digunakan untuk berteduh. Di situ juga terdapat tumpukan batu kerikil yang terhampar beralaskan karung beras yang dijual oleh anak-anak Dieng. Sekilas nggak ada yang menarik dari tempat ini. 


Daya tarik Jalatunda tidak lebih karena mitos dan asal muasalnya. Berdasar dugaan ilmiah, awalnya Jalatunda adalah kepundan atau kawah yang terbentuk akibat letusan gunung berapi jutaan tahun lalu. Kawah tersebut kemudian terisi air dan terbentuklah sumur raksasa berkedalaman ratusan meter. Dalam bahasa Jawa, Jalatunda berarti sumur yang besar dan luas. 

Dieng Culture Festival [1]: Cukuran Anak Gimbal Dieng



0 c o m m e n t s

Dieng Culture Festival (DCF) merupakan pesta rakyat terbesar di pegunungan Dieng, tepatnya di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng, kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah yang diselenggarakan setahun sekali. Fetival ini mencakup atraksi seni budaya, pagelaran wayang kulit, dan pameran kerajinan khas masyarakat Dieng. Puncaknya adalah prosesi ruwatan terhadap anak-anak Dieng yang berambut gimbal. Dalam istilah Jawa disebut gembel, yaitu rambut yang tumbuh menggumpal dan lengket.


Dalam prosesi tersebut, ritual diawali dengan kirab dari kediaman pemangku adat masyarakat Dieng menuju lokasi ruwatan di komplek candi Arjuna. Anak-anak gimbal Dieng yang akan dicukur dikenakan ikat kepala warna putih, diarak keliling kampung dengan dinaikkan ke dalam kereta delman yang dikawal oleh manggolo yudho serta diiringi dengan berbagai macam kesenian daerah setempat. Kirab diikuti oleh para sesepuh, tokoh masyarakat, kelompok paguyuban seni tradisional, masyarakat setempat, dan wisatawan tentunya. Sayangnya, saya nggak sempat ikutan kirab karena justru lagi melipir ke sumur Jalatunda *gigit-gigit rumput :(

[Photo] Lembah Sikunir: Catching the golden sunrise



0 c o m m e n t s








fajar mendekat nadi saat Kau masih jejali kami mimpi,
perbukitan temaram dan kebun-kebun kopi,
sepi,
hening dan tanpa keraguan menyapa pagi bagi sepasang
capung merah yang beterbangan di langit jingga..

Dieng, 1 Juli 2012

Dieng Plateau: residential and rolling hills



0 c o m m e n t s


A view which is almost on our inn's doorstep,
of an overcast day,
rolling hills,
a row of housing and cowshed.

All in a parallel lines.
older post